Friday, October 7, 2011

Kunci Sukses Merantau

Entah mengapa, penjual soto nasi (istilah Soto Padang) di kawasan Penuin Batam ini curhat tadi pagi. Mungkin pagi ini saya pembeli pertama. Dagangannya memang digelar mulai pukul 6.30 WIB. Ujang, sebut saja namanya demikian, mengeluhkan karyawannya yang tidak kembali sejak libur Lebaran lalu.

Sebenarnya, yang dikeluhkan Ujang adalah etos kerja anak-anak muda yang pernah direkrutnya untuk membantunya berdagang di Batam. Menurut Ujang, mereka terlalu cepat ingin sukses dan enggan melewati proses. Ujang sendiri memulai usaha yang digelutinya sejak 1990an itu dengan modal dengkul. Mengandalkan semangat dan kegigihan yang mesti dikobarkan setiap hari.

Ia lalu menceritakan awal kedatangannya di Batam. Seminggu lamanya ia menganggur dan tak makan nasi. Sementara itu, dia tidak memiliki kompetensi yang memadai di lapangan kerja formal. Yang dia punya hanyalah kemampuan yang pas-pasan sebagai tukang masak (koki) dari orang tuanya dan itu pun belum pernah diterapkan untuk bisnis.

Setelah kerja serabutan beberapa waktu, akhirnya Ujang mendapat peluang untuk menjual bawang goreng dari pemesan di Singapura. Keren? Tidak juga. Singapura bagi orang Batam bukanlah sesuatu yang jauh, megah, asing demikian juga sebaliknya orang Singapura memandang Batam. Mungkin berbeda pandangan orang dari daerah lain. O ya, bawang goreng itu diolah sendiri, sehingga keuntungan yang didapat bisa ditumpuk menjadi modal.

Akhirnya Ujang membuat ketetapan untuk bisnis intinya : menjual Soto Padang, lontong sayur (ketupat gulai) dan gado-gado. Jelas, Batam adalah pasar yang gemuk untuk bisnis ini. Usahanya pun makin besar dengan menyewa lokasi di pasar Jodoh dan sebuah gerobak yang bisa ditarik dengan motor di kawasan Penuin, Baloi.


Seiring dengan meningkatnya aset, Ujang membangun rumah yang besar. Ada sembilan kamar. Semua itu dimaksudkan untuk menopang usahanya. Satu atau dua kamar disediakan untuk karyawannya. Sisanya disewakan. Tapi, rasa kecewa muncul ketika karyawan yang direkrut tidak bertahan lama. Padahal mereka sudah digaji layak sebesar UMR, kamar dan makan ditanggung oleh Ujang. Menurut Ujang, rata-rata anak muda yang pernah bekerja dengannya terjebak oleh gemerlapnya Batam. Rasa kecewanya bertambah jika diingat masa lalunya ketika merintis usaha di Batam. Yang dimulainya dengan keringat dan air mata.

Agaknya, dari pengusaha kecil yang sudah memiliki aset ratusan juta rupiah ini kita dapat memetik hikmah. Khususnya yang berketetapan hati untuk meninggalkan kampung halaman mengubah hidup. Kira-kira dapat kita simpulkan kunci sukses merantau :
  1. Bekali diri dengan iman
  2. Miliki penguasaan kompetensi di satu atau beberapa bidang kerja atau wirausaha
  3. Memiliki dan menguasai seluk beluk satu atau lebih produk
  4. Jangan terlalu cepat ingin kaya, nikmati proses
  5. Jangan mudah tergoda kenikmatan sesaat atau DUGEM
  6. Persistensi / kegigihan dalam mencapai tujuan
  7. Menabung dan investasi untuk jaga-jaga atau pengembangan usaha
  8. Jangan sia-siakan setiap peluang atau kesempatan
  9. Bekali diri dengan senjata abad ini : handphone yang harus bisa dioptimalkan untuk bisnis dan pekerjaan
  10. Silahkan tambahkan pada komentar di bawah...hwakakakak
Mudah-mudahan tulisan sederhana ini mampu membekali siapapun yang ingin merantau. Ingatlah, kita berhak hidup dan mencari nafkah di manapun di muka bumi ini. Masalah status penduduk, itu hanya soal administrasi. Bagaimana?

Bonus, lihatlah foto berikut :
Pengusaha kecil tidak bersaing dengan pengusaha besar. Mereka bersimbiosis. Mirip simbiosis Vivanews dengan para blogger. Saya pribadi tidak yakin semua tamu hotel makan di restoran hotel. Pasti ada yang iseng makan di emperan :


Jangan lupa untuk mengenang senyum orang ini di dunia nyata :









No comments:

Post a Comment