Monday, October 3, 2011

Jika Jodoh tak Kunjung Datang

Masalah jodoh akan terus menghantui mereka yang belum memiliki pasangan. Siapa yang tidak gamang dan berada dalam cengkraman kecemasan, apalagi jika usia mulai merangkah kepala tiga namun tak juga dapat jodoh. Lebih-lebih lagi
di tengah desakan orang tua dan orang-orang dekat agar segera menikah, tingkat stres menjadi lebih tinggi.

Jodoh, memang sudah ditetapkan sebagai suatu misteri, hak prerogatif Tuhan, demikian pakar berpendapat. Tak ada yang memaksa ia supaya cepat datang, dan tak ada yang bisa menghentikan kehadirannya.

Ia dengan gampang bisa dibatalkan saat detik ijab kabul akan diucapkan, dan bisa hadir di saat genting yang hanya beberapa menit saja. Begitulah jodoh, dicari ia menjauh, tak diundang ia datang dengans sendirinya.

Lalu apa yang dilakukan jika jodoh tak kunjung datang juga? Memang susah dan bikin puyeng, jika sudah kepala tiga belum juga menikah.

Mereka yang dalam posisi begini kebanyakan akan mengalami krisis percaya diri. Mereka akan periksa sana-sini, di mana letak kesalahan diri. Apa kurang cantik, bergaya jadul, tak menarik ataukah terlalu over acting terhadap lawan jenis.

Bagi mereka yang paham ilmu agama, hal ini dianggap sebagai ujian iman yang lumayan berat. Di tengah gunjingan keluarga, terkadang timbul sesal di hati, kenapa dulu tak pacaran.

Mengapa dulu bersikap jual mahal, saat surat cinta dan sms begitu banyak menyapa. Kenapa dulu gemar menolak cinta saat bunga sedang mekar-mekarnya.

Mengapa dulu pilih-pilih, ketika sudah ada pinangan yang menyatakan dirinya sanggup membuat bahagia. Kenapa dulu tak mengutamakan lelaki shaleh atau wanita shalehah, dan lebih mengutamakan wajah, kekayaan dan keturunan.

Kini semuanya berlalu bersama sinar kecantikan yang mulai memudar, rasa sesal datang menghujam-hujam. Andai waktu bisa diputar kembali, rasanya ingin dirajut ulang semua kesalahan yang telah diperbuat.

Rasanya ingin diambil semua kesempatan yang datang, tanpa harus banyak pertimbangan. Rasanya ingin diberi peluang untuk mereka yang telah menyatakan komitmen siap bersama meraih kebahagiaan, tanpa harus mensyaratkan kerja yang mapan.

Yach, sayang semuanya telah pergi sekejam waktu yang pantang ditarik ulur. Ia hanya meyisakan kenangan yang menyakitkan.

Sekarang, apa yang harus dilakukan untuk mencegah kesalahan serupa? Kalau memang jodoh tak datang kala usia di bawah 30-an, mungkin datang menjelang 40-an, atau malah di akhir usia.

Jika memang tak harus menikah dengan pria lajang atau perawan, minimal dapat janda beranak satu atau lima, atau duda cerai mati atau karena alasan pemahaman agama calon istri/suami. Jikapun tak dapat anak, anak angkat pun jadilah.

Jika memang tak dapat dari kalangan orang shaleh, mungkin Allah memberi tantangan untuk mendidiknya kala sudah terikat suami istri. Jika memang belum mapan, siapa tahu setelag menikah pintu rezeki dibuka lebar-lebar. Rahasia Allah memang tak bisa ditebak. Dialah pemilik rahasia di atas rahasia. Satu hal harus diingat : prasangka baik harus tetap diberikan kepada Allah. Mungkin kita memang disediakan untuk lelaki atau wanita yang wafat sebelum menikah. Bisa jadi kita akan dinikahkan di surga nantinya.

Untuk itu jangan bersedih jika usaha memang sudah maksimal dilakukan. Usaha yang dilakukan bisa menjadi buah jawab, jika Rasulullah kelak bertanya penyebab Anda wafat tidak dalam status suami atau istri seseorang.

Buku berjudul "Teman dalam Penantian" ini, merupakan kumpulan nasehat dari penulis, bagi Anda yang belum mendapat pasangan. Bahasanya memang terkesan menggurui atau seperti nasehat ustad di atas mimbar.

Jangan bosan membaca nasehat-nasehat dalam buku ini, karena sanggup membuahkan kebaikan dalam hidup Anda. Bak kata orang bijak, ambil positifnya dan perbaiki hidup kita jika memang ada yang salah.





Judul : Teman dalam Penantian
Penulis : Mas Udik Abdullah
Penerbit : Pro-U Media
Cetakan : Pertama 2010
Tebal : 188 halaman

Sumber : Harian Singgalang Minggu

No comments:

Post a Comment